Sejak
awal film ini memang dihadirkan untuk memikat penggemar film komedi
sekaligus action. Dan bumbu penyedapnya tentu saja dua karakter utama
yang digambarkan memiliki latar belakang yang hampir bertolak belakang,
etnis cina bertemu etnis kulit hitam. Rush Hour 3, bagaimanapun, tidak
menambah pola baru dari dua film sebelumnya. Tapi penonton tetap saja
terpikat oleh aksi Jackie Chan dan Chris Tucker yang super kompak itu.
Mengangkat
tema Triad internasional, film yang tersendat pemutarannya di Cina ini
dimulai dengan adegan yang paling menggambarkan judulnya. Ya, kemacetan
tengah kota yang berusaha ditangani oleh polisi yang baru turun jabatan,
James Carter (Chris Tucker). Di hari atau lebih tepatnya di jam yang
sama, Kepala Inspektur Lee (Jackie Chan) tengah mendampingi duta besar
Han menghadiri World Criminal Court Summit di Los Angeles. Tema
pembasmian organisasi Triad Internasional di pertemuan tersebut membawa
bencana. Duta besar Han terluka. Nasib pun membawa Lee bertemu kembali
dengan Carter. Menyadari betapa bahayanya kasus kali ini plus sikap
ceroboh Carter yang sudah dialami Lee selama dua film sebelumnya, Lee
menganjurkan Carter untuk tidak ikut campur. Tapi Carter “tetap berdiri
di samping Lee”, meski kadang-kadang mundur sedikit saat bahaya sudah di
depan mata.
Bagaimanapun, hal yang ditakutkan
Lee memang terjadi. “Berkat” kecerobohan Carter, beberapa kali mereka
berdua terkena masalah. Memang sulit sepertinya bagi Carter untuk
belajar dari pengalaman. Tapi lain dengan Lee, ia tak lagi terlihat
bersungut-sungut saat Carter berkoar-koar di depan musuh. Lee hanya diam
dan bersiap akan kemungkinan terburuk. Dalam fase ini, muncul
pertanyaan pertama. Mengapa Lee begitu saja menerima kehadiran partner
yang justru lebih banyak mempersulit langkahnya?
Kesulitan lain yang harus
dihadapi Lee adalah kenyataan bahwa salah satu tokoh yang bertanggung
jawab atas insiden di LA tersebut adalah orang yang ia kenal. Nasib yang
tak pasti serta kenyataan pahit merajut hubungan yang rumit antara Lee
dengan penjahat itu. Hingga pada satu titik, si penjahat merasa yakin
bahwa Lee tak akan pernah tega membunuhnya. Bahkan saat si penjahat tak
juga menunjukkan bahwa ia terharu akan kebaikan Lee, Kepala Inspektur
itu tetap memegang teguh prinsipnya. Pertanyaan kedua yang muncul
adalah, apakah mungkin manusia memiliki kebaikan hati tanpa pamrih?
Tentu saja konflik batin semacam
itu tak terbaca oleh Carter. Saat kasus membawa mereka terbang ke
Perancis, Carter malah sibuk meyakinkan George (Yvan Attal) sopir taksi
yang anti Amerika untuk memikirkan ulang sikapnya. Dalam beberapa
kelumit adegan tersebut, penonton seperti dibawa untuk melihat tiga
nation yang sedang unjuk karakter. Perancis yang melankolik, Amerika
yang percaya diri, dan Cina (atau timur) yang tenang. Detil dialognya
juga membuat penonton tersenyum geli campur getir menyadari memang
seperti itulah keadaan dunia saat ini. Semua orang, semua negara merasa
di saat bersamaan terjebak pada “jam sibuk” sehingga mereka harus
menyampaikan ide mereka selantang dan secepat mungkin jika tak ingin
tersalip oleh yang lain.
Pada satu sisi, memang terbukti
bahwa suara Carter yang lantang dan berapi-api berhasil meyakinkan
George, si sopir Perancis, untuk mengikuti idenya. Tapi kedalaman nilai
yang dipegang erat oleh Lee tanpa bersuara, justru “berteriak” lebih
nyaring dalam film ini. Membawa penonton pada dua pertanyaan mendasar
tentang arti sebuah pertemanan dan makna sejati kebaikan.
Hingga pada suatu malam di puncak
menara Eiffel, sebuah adegan pertaruhan nyawa antara Lee dan Kenji
(Hiroyuki Sanada) membeberkan jawaban lugas dua pertanyaan di atas.
Bahwa hidup bukanlah hitam putih yang perlu dipertentangkan dalam sebuah
dialog diskursif. Hidup adalah kumpulan paradoks yang perlu dimaknai
dengan sikap dewasa. Dan untuk beberapa menit, adegan klimaks tersebut
membuat beberapa penonton menitikkan airmata. Tapi karena ini Rush Hour,
maka Brett Ratner (sutradara) tak membiarkan penonton terlena oleh
drama. Hanya dalam hitungan detik, Lee dan Carter harus kembali berkutat
dengan ketegangan yang tambah menjadi. Dan betapapun mereka telah
begitu kompak, ada kekuatan lebih besar yang diam-diam mengamati dan
menanti saat yang tepat untuk menghabisi mereka berdua.
Maka, Rush Hour 3 menuai sukses
rasanya bukan hanya karena action comedy yang memikat, tapi juga karena
kandungan ceritanya yang begitu bergizi.
Berikut link free download film Rush Hour 3 + Subtitle Indonesia :
Sekian dulu link download film Rush Hour 3 gratis. Selamat menonton.
Trailer Film
Berikut link free download film Rush Hour 3 + Subtitle Indonesia :
Sekian dulu link download film Rush Hour 3 gratis. Selamat menonton.
0 komentar:
Posting Komentar